Voice of Customer: Strategi Penting Brand Customer-Centric 2025

dentsu Indonesia

Di era digital yang semakin customer-centric seperti sekarang, keputusan paling berisiko adalah yang dibuat di dalam “ruang gema” internal. Tim brand mungkin merasa sudah tahu apa yang diinginkan pelanggan padahal sering kali itu hanya berdasarkan asumsi, bukan empati berbasis data. Di sinilah kesenjangan antara persepsi brand dan realita pelanggan mulai terbentuk. Untuk menjembatani gap ini, Voice of Customer bukan sekadar pelengkap tetapi fondasi strategi bisnis yang berkelanjutan.

Apa Itu Voice of Customer?

Secara sederhana, Voice of Customer adalah pendekatan sistematis untuk mengumpulkan, menganalisis, dan mengimplementasikan feedback pelanggan di seluruh lapisan bisnis. Ini bukan sekadar survei tahunan kepuasan pelanggan—melainkan sistem mendengarkan yang aktif dan berkelanjutan.

Kekuatan utama Voice of Customer terletak pada kemampuannya mengubah masukan mentah seperti komentar media sosial, ulasan produk, survei NPS, hingga hasil wawancara menjadi wawasan strategis. Wawasan inilah yang membantu brand memahami alasan di balik perilaku pelanggan, dan merancang keputusan bisnis berdasarkan kebutuhan nyata, bukan tebakan internal.

Tiga Dimensi Mendengarkan

Program Voice of Customer yang komprehensif menggabungkan berbagai sumber feedback untuk membentuk pandangan utuh tentang pelanggan, antara lain:

  • Direct Feedback: Masukan eksplisit seperti hasil survei (NPS, CSAT), wawancara, dan FGD.
  • Indirect Feedback: Komentar spontan dari media sosial, ulasan online, hingga transkrip layanan pelanggan.
  • Behavioral Feedback: Data perilaku digital seperti interaksi pengguna di website/aplikasi melalui analytics, heatmap, atau session recording.

Gabungan ketiga jenis data ini memungkinkan brand tidak hanya “mendengar” pelanggan tapi benar-benar memahami mereka.

Dari Feedback ke Aksi: Nilai Strategis Voice of Customer

Mengumpulkan feedback hanyalah langkah awal. Nilai sejati dari Voice of Customer ada pada bagaimana brand menggunakannya untuk mendorong keputusan nyata:

  • Inovasi Produk: Kembangkan fitur dan solusi baru berdasarkan kebutuhan pelanggan yang sebenarnya.
  • Optimalisasi Pengalaman Pelanggan: Temukan dan perbaiki titik friksi di customer journey untuk meningkatkan kepuasan dan loyalitas.
  • Marketing yang Lebih Personal: Susun pesan komunikasi yang benar-benar relevan karena bersumber dari kebutuhan dan aspirasi nyata pelanggan.
  • Meningkatkan Loyalitas Brand: Ketika pelanggan merasa didengarkan, mereka akan lebih terhubung secara emosional dan menjadi pendukung setia brand.

Di tahun 2025 dan seterusnya, brand yang benar-benar customer-centric bukanlah yang paling banyak bicara, tapi yang paling baik dalam mendengarkan. Voice of Customer bukan proyek riset semata melainkan pergeseran budaya. Brand yang menjadikan suara pelanggan sebagai kompas strategis akan bergerak lebih cepat, beradaptasi lebih baik, dan membangun loyalitas lebih dalam.

Karena di era kompetisi seperti sekarang, mendengarkan bukan lagi opsional tapi keunggulan paling berkelanjutan.